PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DALAM
ORGANISASI TERHADAP KINERJA ANGGOTA ORGANISASI
ABSTRAK
Tujuan pembuatan jurnal ini untuk menemukan Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Dalam Organisasi adalah
untuk mengetahui bagaimana cara memimpin sebuah kelompok atau organisasi. Selain
itu juga dapat mengetahui pengaruh dari gaya-gaya kepemimpinan yang digunakan
oleh seorang pemimpin dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Dengan
penulisan jurnal ini juga sebagai tugas kelompok mata kuliah Teori Organisasi
Umum 2 yaitu membuat jurnal.
Kata kunci: pengaruh, gaya,
kempemimpinan.
PENDAHULUAN
Keberadaan seorang
pemimpin dalam organisasi sangat dibutuhkan untuk membawa organisasi kepada
tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai gaya kepemimpinan akan mewarnai perilaku
seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Bagaimanapun gaya kepemimpinan
seseorang tentunya akan diarahkan untuk kepentingan bersama yaitu kepentingan
anggota dan organisasi. Kepemimpinan seseorang dapat mencerminkan karakter
pribadinya.
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat
dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul
pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
·
Pemimpin adalah pernanan utama yang
mempersatukan kelompok.
·
Tikno
Lensufie dalam bukunya yang berjudul “Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa”
memberikan pengertian pemimpin sebagai seseorang yang mampu
menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi.
·
Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana
dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai
tujuan dengan cara yang pasti.
·
Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang
atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala
sosial.
·
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin
tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu
posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield
memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia
berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana
kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
·
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan
meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi
sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan
semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Kepemimpinan selalu bersandar kepada lima elemen pokok, yaitu:
A.
Adanya pemimpin,
B.
Adanya
pengikut,
C.
Terjadinya proses memengaruhi,
D.
Kontekstual atau situasional,
E.
Mencapai tujuan.
B. TUJUAN KEPEMIMPINAN
Tujuan kepemimpinan
adalah mempengaruhi orang untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi organisasi dan dirinya
sendiri untuk mencapai tujuan tertentu.
C. FUNGSI KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan
situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi
itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial
kelompok/organisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan
situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama
yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Fungsi
kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
a)
Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang
terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
b)
Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan-keputusan
dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara
operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi
kepemimpinan itu adalah :
a)
Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu
arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan
pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan
tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi
instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak
dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan,
intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan
perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b)
Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah
, meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap
pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan
orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi
yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada
orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan
sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan
berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan
keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya,
sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan
pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah
melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai
pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari
siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang
konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c)
Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua
arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara
pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin
mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat,
gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan
dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu
musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun
saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai
kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam
berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d)
Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan
wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas
pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada
orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti
kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai
dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima
delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara
bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin
karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya
sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan
mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya
perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
e)
Fungsi Pengedalian
Fungsi pengendalian
merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah,
meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah.
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan
yang sukses atau efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan
dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut
pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan
mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
D. GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN
Berbagai pengemuka yang populer untuk mengklasifikasikan dan menjelaskan gaya-gaya
kepemimpinan, yaitu:
1. Teori kisi kepemimpinan (blake dan mouton
1964)
Teori ini mulanya disebut kisi manajerial (managerial
grid) tapi kini disebut kisi kepimpinan (1991). Kisi ini berasal dari hal-hal
yang mendasari perhatian manger pada tugas atau pada hal-hal yang telah
direncanakan untuk diselesaikan oleh organisasidan perhatian kepada orang-orang
dan unsur-unsur organisasi yang mempengaruhi mereka.
2. Teori 3-D (reddin 1967)
Tiga dimensi didefinisikan sebagai berikut:
a.
Orientasi-kerja. Tingkat pengarahan manjer
atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan.
b.
Orientasi-hubungan. Tingkat hubungan
pribadi antara manjer dengan bawahan, ditandai oleh adanya saling mempercayai,
menghormati gagasan dan memperhatikan perasaan bawahan.
c.
Keefektifan. Tingkat persyaratan produksi
yang dicapai manajer yang telah ditetapkan.
3. Teori kepimpinan situasional (hersey, 1974
dan blanchard, 1977)
Ada empat gaya kepimpinan situasional yang dikemukakan, yaitu:
a.
Gaya 1: memberitahu (telling)
b.
Gaya 2: mempromosikan (selling)
c.
Gaya 3: Berpartisipasi (participacing)
d.
Gaya 4: mewakilkan (delegating)
4. Teori empat sistem (likert, 1947)
Likert membagi gaya manajerial tersebut sebagai berikut:
a.
Penguasa mutlak (exploitive-authoritive)
b.
Penguasa semi-mutlak
(benevolent-authoritive)
c.
Penasihat (consultative)
d.
Pengajak serta (parcitipative)
5. Teori kontinum (tannenbaum dan schmidt,
1957)
Kontinum ini dijelaskan sebagai berikut:
a.
Manajer membuat keputusan dan
mengumumkannya.
b.
Manajer membuat keputusan dan
menawarkannya.
c.
Manajer mengemukakan keputusannya dan
memberi kesempatan untuk mempertanyakannya.
d.
Manajer mengemukakan keputusan sementara,
yang masih dapat diubah.
e.
Manajer menentukan beberapa batasan dan meminta
bawahan untuk membuat keputusan.
f.
Manajer mengizinkan bawahan membuat
keputusan.
6. Teori kebergantungan (fielder, 1967)
Menurut teori kebergantungan, keefektifan pemimpin
bergantung pada hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinannya, juga situasi
tertentu yang dihadapinya. Jadi, pemimpin ditinjau sebagai bermotivasi-tugas
(task-motivated) atau bermotivasi-hubungan (relationship-motivated)[4]
7. Berdasarkan
pendekatan Path-Goal
a. Gaya Kepemimpinan Direktif (pemimpin
pengarah)
Pemimpin seperti ini mengutamakan
pemberian pedoman dan petunjuk kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan
serta memberitahukan mengenai apa yang diharapkan dari mereka.
b. Gaya Kepemimpinan Suportif (pemimpin
pendukung)
Pemimpin seperti ini memberi pertimbangan
atas kebutuhan bawahan, memberi perhatian bagi kesejahteraan dan menciptakan
keakraban dengan bawahan dan lingkungan kerja yang menyenangkan.
c. Gaya kepemimpinan
partisipatif (pemimpin partisipatif)
Gaya kepemimpinan ini, yaitu beruding
dengan bawahan, memberi peluang kepada bawahan untuk memberi masukan berupa
saran dan gagasan sebelum mengambil keputusan atau mempengaruhi keputusan yang
telah dan akan dibuat.
d. Gaya kepemimpinan yang berorientasi
pada prestasi (pemimpin yang berorientasi pada prestasi)
Pemimpin ini menetapkan tujuan menantang,
mengupayakan bawahan meningkatkan prestasi, serta mendorong bawahan untuk
mencapai tujuan dan hasil karya yang lebih tinggi.
E.
TIPE-TIPE
KEPEMIMPINAN
Tipe-tipe
dasar kepemimpinan memiliki banyak macamnya seperti salah satunya yang
diutarakan oleh Sondang P. Siagian (2002):
1)
Tipe
Kepemimpinan Otokratik
Seorang pemimpin yang otokratik ialah
seorang pemimpin yang
· Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
· Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
· Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata
· Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
· Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
· Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach yang
mengandung unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)
2)
Tipe
Kepemimpinan Militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik
ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
· Kebanyakan sistem perintah yang sering digunakan
· Senang bergantung pada pangkat dan jabatan
· Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
· Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
3)
Tipe
Kepemimpinan Paternalistik
Ciri-ciri dari
tipe kepemimpinan ini adalah sebagai berikut.
· Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
· Bersikap terlalu melindungi
· Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan
keputusan
· Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
inisiatif
· Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasi
· Sering bersikap mau tahu
4)
Tipe
Kepemimpinan Kharismatik
Dalam keadaaan tertentu, tipe kepemimpinan
ini sangat diperlukan karena dapat menutupi sifat negatifnya dengan kharisma
positif yang dimilikinya. Terkadang para bawahannya tidak memiliki alasan yang
kuat untuk memilih seseorang tersebut sebagai pemimpin.
5)
Tipe
Kepemimpinan Demokratik
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah
membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk
organisasi modern karena:
· Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari
bawahan.
· Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha
mencapai
tujuan.
tujuan.
· Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya.
· Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
6)
Tipe
Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan yang santai dan
pengambilan keputusan diserahkan kepada para bawahannya dengan pengarahan yang
minimal bahkan tanpa pengarahan sama sekali. Oleh karena itu, tipe kepemimpinan
ini sering kali dianggap sebagai seorang pemimpin yang kurang memiliki rasa
tanggung jawab yang wajar terhadap organisasi yang dipimpinnya. Serta memandang
dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang sudah matang dan dewasa,
baik dalam teknis maupun mental.
F. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam
organisasi tersebut. Apapun bentuk kepemimpinannya akan mempengaruhi cara orang
bekerja sebagai individu atau sebagai kelompok. Dalam kenyataannya pemimpin
dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja, keamanan, kualitas kehidupan
kerja danterutama tingkat prestasi suatu organisasi.
G. KESIMPULAN
Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dalam organisasi
karna dapat mempengaruhi cara orang bekerja sebagai individu atau kelompok,
kemudian disini pemimpin sangat berpengaruh karna fungsinya sebagai penggerak,
penyemangat, dan otak utama dari suatu program yang ia pimpin.
Terdapat berbagai macam gaya-gaya memimpin. Semua
gaya kepemimpinan itu masing-masing memiliki ciri tersendiri dan itulah yang
menjadikan seorang pemimpin dapat memimpin kelompoknya dengan caranya sendiri
yang pastinya akan bertujuan sama seperti pemimpin pada umumnya yang ingin mempengaruhi orang untuk
melakukan tindakan yang bermanfaat bagi organisasi dan dirinya
sendiri untuk mencapai tujuan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
[3] http://fuadadman.com/?p=593
[4] R. Wayne pace, don f. Faules, komunikasi organisasi, PT remaja rosda
karya, bandung, 1993. hal
[12]http://www.academia.edu/4984126/Analisis_ANALISIS_PENGARUH_GAYA_KEPEMIMPINAN_MOTIVASI_DAN_LINGKUNGAN_KERJA_TERHADAP_KINERJA_PEGAWAI
1 komentar:
beri file nya dong, mau saya kritisi untuk tugas kuliah saya
Posting Komentar